hidup ku


akhirnya tibalah di suatu masa dimana kebosanan  membuatku jenuh akan semua yang telah kelalui, berorganisasi kesana sini, dari organasasi mapala,gerakan mahasiswa nasional indonesia (GMNI), tunas indonesia raya (tidar), uin suska mengajar, badan eksekutif mahasiswa, dll, tapi apa yang mampu ku berikan bagi organisasi ini, hanya non sen,kuliah telah banyak kutinggal, demi sebuah ego yang ingin dicapai, terlalu banyak kebohongan telah ku buat, mungkin ada yang tersakiti oleh sikap ku, sebab mereka ada yang ku tikam tampa mereka sadari, ingin ku memberontak atas semua yang telah berlalu, hanya tetesan air mata yang akan terus mengalir bak sungai di perkampungan, apa lagi pada orang tua beribu kata maaf ingin ku lontarkan pada mereka atas semua yang telah aku lakukan, kabur sudah mimpi-mimpi yang telah ku jalin untuk meraih subuah kata SARJANA, banyak yang mencibir melihat ku, ada pula yang berkata AKTIVIS ITU BIASA KALAU TELAT SELESAI, pantaskah di katakan aktivis sementara makna sebuah kata aktivis itu aku tak tahu, kenapa orang yang berorganisasi di kata aktivis bukan kah lembaga pemerintah juga organisasi kenapa pegawai negeri sipil tak bisa di katakan aktivis, pegawai swasta juaga mampu di katakan aktifis, tapi kenapa mereka rak di katakan aktivis, sementara kata aktivis tak akan jauh dari kata idialisme, apakah dapat dikatakan idialisme itu makan dan minum, atau yang lain, dimanakah kadar aktivis dan idialisme itu.

Comments